watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NGEWE SAMA PACAR

Perkenalkan, namaku Aliah. Aku dikarunia wajah
yang cantik (bukannya aku GR, tapi memang
semua teman-temanku, keluargaku dan
kenalanku juga mengakuinya). Kata temanku,
wajahku mirip salah satu artis Indonesia. Apalagi
waktu aku tersenyum, kata mereka sangat mirip.
Padahal menurutku biasa saja. Apalagi aku tidak
sukar diajak bergaul. Karenanya aku punya
banyak teman.
Selain itu aku sangat rajin merawat tubuhku.
Fitness, olahraga dan ke salon adalah rutinitasku.
Karenanya aku tumbuh menjadi gadis yang
energic dan sexy. Baju-baju ketat, semi-
transparan dan tank top adalah 'seragam'ku,
sehingga kemolekan tubuhku semakin terpancar.
Malah kalau di rumah aku tidak segan-segan
untuk tampil sangat sexy. Toh untuk apa punya
tubuh sexy kalau tidak ditunjukkan ke orang lain.
Tapi aku masih punya batas-batas kewajaran.
Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di
Bandung. Umurku belum genap 20 tahun. Aku
sebenarnya asli Jakarta, tapi aku lebih memilih
untuk kuliah di Bandung. Biar jauh dari orangtua.
Dari sejak SMA aku sudah bercita-cita ingin kuliah
jauh dari orangtua. Soalnya malas juga tinggal
serumah dengan orangtua, yang sedikit-sedikit
melarang ini itu.
Di Bandung, Papaku membelikanku sebuah
rumah. Aku tinggal sendiri di sana bersama
pembantuku dan anaknya yang masih kecil.
Rumahku cukup besar dengan perabotan yang
lengkap plus mobil BMW seri terbaru,
maklumlah Papaku adalah seorang pengusaha
yang cukup sukses. Itu tidak seberapa baginya.
Itu adalah hadiahku karena lulus UMPTN.
Sore itu aku baru pulang kuliah. Capek sekali
rasanya setelah seharian berkutat dengan kuliah.
Bayangkan saja aku kuliah dari jam 7 pagi
sampai jam 5 sore. Non stop. Karenanya aku
merasa badanku lelah dan ingin istirahat. Untung
besok libur (hari sabtu), jadi aku bisa
memanfaatkan waktuku untuk istirahat.
Puh.. Aku mensandarkan tubuhku di sofa ruang
tengah. Aku haus sekali, maka kuputuskan untuk
memangil Bi Icah agar membuatkan minum
untukku. Ups.. Ternyata aku lupa. Bi Icah dan
anaknya sedang pulang kampung tadi pagi.
Maklum sejak aku tinggal di Bandung mereka
belum pernah pulang, jadi kuijinkan mereka
pulang kampung. Ah.. Malas benar aku
mengangkat pantatku dari sofa. Tapi rasa hausku
mengalahkanku, maka dengan malas aku
mengambil air dingin di dapur untuk
menghilangkan rasa hausku.
Kemudian aku pergi ke kamar, kucoba untuk
istirahat. Walau badanku capek sekali tapi aku
tidak bisa memejamkan mata. Maka kuputuskan
menyalakan komputerku mencoba mencari
hiburan. Baru saja kunyalakan komputer, HP-ku
berbunyi. Segera kuambil HP-ku dari tas. Di
screen tertuliskan "CINTA", maka segera
kuangkat, karena itu adalah dari Alan, cowokku.
"Halo Sayang. Lagi ngapain? "Kata suara di
seberang sana.
"Ada apa, Lan? Gue lagi sendiri nih di rumah. Gak
lagi ngapa-ngapain" jawabku.
"Malam ini jalan yuk, say. Besok kan libur. Mau
gak?"
"Aduh gue cape banget nih, Say. Malas keluar.
Mending lo aja yang ke rumah. Lagian rumah
sepi, Gak ada orang. Sekalian temanin gue. Mau
gak?" Rengekku manja.
"Ya udah tunggu aja. 30 menit lagi gue ke sana.
Dah Sayang..!" Katanya.
"Dah.."
Alan adalah cowok baruku. Orangnya ganteng
da sangat perhatian terhadapku. Kami baru
jadian sekitar 3 minggu yang lalu. Tapi dia sudah
beberapa kali menikmati tubuhku. Yup.. Aku
memang cewe yang liberal. Aku menyerahkan
keperawananku sama mantanku sewaktu SMA
dulu. Jadi bagiku sex bukan hal yang terlalu tabu.
Tapi aku masih tahu tata krama. Aku gak
sembarang tidur dengan cowo. Aku gak mau
dicap cewek gampangan. Aku hanya mau ML
sama orang yang benar-benar kucintai. Ya..
Seperti Alan ini. Dia lumayan bisa
memuaskanku. Hampir di setiap kesempatan
kami selalu mereguk kenikmatan duniawi. Paling
sering sih di kontrakannya, karena sepi.
Sedangkan di rumahku belum pernah karena
ada pembantuku. Malah tak jarang, ketika kami
sudah sama-sama pengen ML kami
membooking hotel untuk menuntaskan nafsu
kami. Mengingat-ingat kejadian itu libidoku
perlahan-lahan naik.
Maka segera kuganti bajuku. Aku ingin tampil
sexy di depan Alan. Segera kugunakan celana
pendek putih semi transparan yang ketat. Saking
ketatnya terasa CD-ku tercetak di sana. Pantatku
yang bulat sekal terlihat indah menonjol.
Kemudian kugunakan tanktop putih ketat juga.
Aku bercermin, lumayan sexy juga, batinku.
Payudaraku yang lumayan besar tercetak di
bajuku. Malah karena saking kecilnya bajuku itu,
jika aku bergerak-gerak dadaku juga terayun
kesana kemari. Aku senang sekali melihatnya.
Pasti Alan suka melihatnya. Aku tak sabar ingin
cepat-cepat berjumpa dengannya.
Beberapa saat kemudian kudengar suara klakson
berbunyi. Itu pasti Alan. Aku, bercermin
sebentar memastikan penampilanku lalu
membuka pintu. Benar saja, mobil Alan sudah
ada di depan gerbang rumahku yang masih
terkunci. Aku berlari-lari menuju gerbang untuk
membuka pintu pagar rumahku, hal itu otomatis
membuat dadaku terayun kesana-kemari. Alan
pasti melihatnya dengan jelas karena jarak yang
tidak terlalu jauh. Dadaku bergerak-gerak dengan
bebasnya. Setelah kubuka gerbang, perlahan-
lahan mobilnya masuk ke garasiku. Segera
kututup gerbang kembali dan aku
menghampirinya yang baru keluar dari mobil.
"Halo Sayang.." katanya. Dipamerkannya
senyum manisnya. Kacamata coklat yang
dipakainya menambah kesan macho-nya.
"Halo juga. Silahkan masuk, Say" kataku
mempersilakannya masuk ke rumah.
Dia mengikutiku dari belakang. Aku bisa pastikan
matanya tidak akan lepas dari pantatku yang
bergoyang kesana-kemari dengan indahnya.
Kemudian aku menutup pintu rumah dan
menguncinya. Baru aku membalikkan tubuhku,
Alan sudah berdiri di depanku dengan senyum
indahnya.
"Kamu sexy sekali hari ini, Sayang" katanya
sambil mendekatkan bibirnya ke mulutku.
Segera kusambut bibirnya dan kami melakukan
french kiss.
"Terima kasih" jawabku sambil kembali
menciumnya, kali ini ciuman kami makin
dahsyat. Sambil menciumi bibirku, tangannya
perlahan-lahan menjamah dadaku. Aku semakin
ganas membalasnya. Ketika tangannya mulai
menyusup ke dalam tank topku, segera
kuhentikan.
"Sabar dulu dong, Say. Ga sabaran amat"
ucapku sambil menjauhkan tubuhku darinya.
"Mending duduk dulu, aku buatkan minum ya?",
lanjutku lagi.
Aku sengaja menahan kenikmatan tadi, padahal
sebenarnya aku juga sudah ingin sekali. Dia
hanya mengangguk lalu pergi menuju sofa.
Segera kubuatkan minum dan memberikanya
kepadanya. Softdrink yang kusuguhkan
langsung dihabiskannya. Kemudian matanya
menatapku. Aku tahu maksudnya. Maka aku
pindah ke sebelahnya, lalu diciumnya bibirku.
Aku hanya bisa memejamkan mata menikmati
bibir lembutnya. Kemudian dia peluk aku dan
tangannya mulai meremas-remas dadaku. Aku
mulai merem-melek sambil memutar badanku.
Sekarang aku duduk di paha Alan berhadap-
hadapan. Kembali kami berciuman dengan
penuh gairah. Lidah kami saling beradu. Perlahan
bibirnya turun ke pipiku lalu ke leherku.
Diciumnya leherku. Lidahnya menari-nari dari
ujung leherku ke ujung yang satunya lagi. Hal itu
membuatku seperti cacing kepanasan saking
nikmatnya. Tangannya tidak tinggal diam.
Diremas-remasnya dadaku yang mulai
mengeras. Tangannya sungguh lihai meremas-
remas payudaraku sehingga membuatku makin
menggelinjang. Aku tak tahan hingga kembali
kulumat bibirnya. Lidahku beradu dengan
lidahnya lagi. Aku sudah tidak tahu kapan
pertama kali aku semahir ini melakukan ciuman.
Alan mulai menyusupkan tangannya ke balik
tank topku dan mencari pegangannya, dadaku.
Gesekan tangannya langsung di permukaan kulit
dadaku hingga sungguh kenikmatannya tiada
tara.
"Ehh.. Eh.." rintihku. Sejenak dihentikannya
aktivitasnya karena menyadari sesuatu sambil
bertanya..
"kamu ga pakai bra ya, Say?" aku hanya
tersenyum lalu kembali melumat bibirnya.
Dia juga semakin ganas meladeni ciumanku.
Tangannya makin keras meremas-remas
dadaku. Memelintir dari atas ke bawah dan
sebaliknya. Kurasakan penisnya mulai menegang
di bawah sana. Kemudian dia menghentikan
remasan dan ciumannya, lalu mulai melepas
tank topku. Aku membantunya melepaskan
penutup dadaku itu melewati kepala. Maka
segera dadaku yang tanpa penutup apa-apa lagi
terpampang di hadapannya. Dadaku yang putih,
bulat kencang dengan puting berwarna
kemerah-merahan menjadi santapan matanya.
Dia sangat kagum melihat payudaraku.
Walaupun sudah sering melihat dadaku, bahkan
menjilat, melumat dan menggigitnya, dia tetap
saja menelan ludah menikmati pemandangan ini.
"Dadamu indah sekali, Sayang!' ujarnya.
Kemudian didorongnya kepalanya di antara
kedua gunungku, lalu lidahnya bergerak di sana.
Aku meringis dan mendesis menikmati momen
tersebut. Kemudian dia mulai mencium dadaku
yang kanan, dilumatnya dengan penuh nafsu.
Beberapa detik kemudian aku menjerit pelan
karena aku merasakan gigitan pada puting
kananku, dia dengan gemasnya menggigit dan
mencupangi putingku itu sehingga
meninggalkan jejak di sekitarnya.
"Hhmm.. indah sekali dadamu ini Say," pujinya
lagi sambil tangannya yang satu lagi mengelusi
punggung dan leherku dan berakhir di dada
kiriku.
Diremasnya dada kiriku yang sudah tegak berdiri
tersebut. Remasan dan jilatannya silih berganti
antara dada yang kanan dan yang kiri, sehingga
menimbulkan sensasi kenikmatan yang tiada
tara. Aku sampai melayang-layang dibuatnya.
Puas meremas dadaku yang kiri, tangannya
yang kanan mulai menurun hingga
mencengkeram pantatku yang bulat dan padat.
Aku hanya bisa mendesah nikmat. Kuremas-
remas rambutnya mencoba mengimbangi
desakan birahi ini. Untung rumahku sepi, kalau
tidak mana mungkin aku bisa bercinta di sofa
seperti ini.
Setelah puas menggerayangi dadaku, dia pun
melepaskanku. Segera dibukanya bajunya, lalu
dia membuka celana panjang beserta celana
dalamnya sehingga penisnya yang dari tadi
sudah sesak dalam celana dalamnya itu kini
dapat berdiri dengan dengan tegak. Kemudian
dia duduk di sofa dengan mengangkangkan
kakinya. Matanya menatap mataku dengan
penuh harap. Aku mengerti maksudnya. Dia
ingin dioral tentunya. Sebenarnya aku kurang
mahir melakukan oral sex, aku masih butuh
belajar, tapi nafsu ingin saling memuaskan
membuatku melakukannya. Maka perlahan-lahan
aku duduk di lantai menghadap penisnya.
Batang Alan yang sudah tegang itu kini berada
dalam genggamanku. Kukocok-kocok ke atas
dan ke bawah. Nampaknya dia menikmati
kocokanku. Tanganku yang halus naik turun di
batangnya. Nampaknya dia sangat menikmati
kocokanku di penisnya. Hal itu terbukti dengan
matanya yang tertutup rapat. Aku menikmati
ekspresinya yang keenakan itu.
"Uh.. Enak sekali Aliah.. Oh..", desahnya.
"Masukkan dong Say, ke mulutmu" pintanya.
Tanpa diminta 2 kali aku menuruti kemauan
orang yang kusayangi itu. Perlahan namun pasti,
penisnya kuarahkan ke rongga mulutku. Penis
itu kucium dan kujilat ujungnya dengan lembut
bahkan sangat lembut sekali. Benda itu bergetar
hebat diiringi desahan pemiliknya. Seponganku
di batangnya kupadukan dengan sedikit kocokan.
Alan pasti keenakan kuperlakukan seperti itu. Tapi
aku akan membuatnya lebih keenakan. Lalu
kubuka mulutku lebih lebar untuk memasukkan
penis itu semuanya ke mulutku. Hhmm.. hampir
sedikit lagi masuk seluruhnya, tapi nampaknya
sudah mentok di tenggorokanku.
Dalam mulutku, penis itu kukulum dan kuhisap,
kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala
penisnya. Hanya itu yang kulakukan tapi
tampaknya dia sudah blingsatan. Padahal harus
kuakui bahwa oral sexku belum apa-apa
dibandingkan cerita teman-teman cewekku yang
pernah melakukannya. Bahkan masih kalah jauh
daripada BF yang pernah kutonton. Tapi aku
tetap melanjutkannya. Toh Alan masih keenakan.
Memang sih, Alan mengaku baru ML pertama
kali denganku. Jadi dia belum bisa
membandingkannya dengan yang lain.
Sesekali aku melirik ke atas melihat ekspresi
wajahnya saat menikmati seponganku. Dia
mengelus-elus rambutku dan mengelap dahinya
yang sudah bercucuran keringat dengan sapu
tangan. Alan nampaknya tidak mau cepat-cepat
keluar, maka ditariknya kepalaku. Aku berdiri
tegak di hadapannya yang masih bersandar di
sofa. Segera kulepaskan celana pendek beserta
CD-ku sekalian. Matanya nanar melihat
ketelanjanganku. Aku seperti manusia yang baru
lahir, polos. Kini aku sudah telanjang bulat di
hadapannya. Aku lalu naik ke pangkuannya.
Dengan senyum nakal aku meremas-remas
dadanya yang bidang.
Lalu kubenamkan kembali wajahnya ke
payudaraku hingga dia pun mulai menyusu di
situ. Kali ini dia menjilati seluruh permukaannya
hingga basah oleh liurnya lalu dikulum dan
dihisap kuat-kuat. Tangannya di bawah sana
juga tidak bisa diam, tangannya meremas-
remas pantat dan pahaku. Dielus-elusnya paha
putihku itu. Berbeda dengan pahaku yang
dielusnya dengan lembut, pantatku justru
diremasnya dengan keras. Gumpalan daging
pinggulku menjadi bulan-bulanan tangannya.
Aku hanya mendesah-desah. Giginya yang putih
menarik-narik puting susuku. Hal itu semakin
membuatku merintih. Malah kini tangannya yang
bercokol di pahaku mulai merambat semakin
jauh. Aku tak kuasa untuk tidak merintih dan
mendesah. Bongkahan pantatku diremas,
dadaku dilumat dan sekarang tangannya yang
kanan menggerayangi vaginaku dan menusuk-
nusukkan jarinya di sana. Ohh.. nikmatnya,
batinku.
Sebagai respons aku hanya bisa mendesah dan
memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku
semakin bergolak sehingga keringatku menetes-
netes. Mulutnya kini merambat naik menjilati
leher jenjangku, dia juga mengulum leherku dan
mencupanginya. Cupangannya cukup keras
sampai meninggalkan bercak merah. Akhirnya
mulutnya bertemu dengan mulutku lagi dimana
lidah kami saling beradu dengan liar. Sambil
berciuman tanganku meraba-raba
selangkangannya yang sudah mengeras itu.
"Lan.. Sekarang ya..", pintaku memelas.
Aku sudah tidak tahan lagi ingin segera
menuntaskan birahiku. Maka kuangkat pantatku
sebentar dan mengarahkan vaginaku ke
penisnya. Dia memegang penisnya siap
menerima vaginaku. Sedikit demi sedikit aku
merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan
beberapa hentakan masuklah batang itu
seluruhnya ke dalam. Aku tak kuasa untuk tidak
menjerit kala batang Alan membelah bibir
vaginaku. Sama sepertiku, dia juga mendesah
menyebut namaku saat penisnya amblas ditelan
vaginaku.
"Oohh..!" desahku dengan tubuh menegang dan
mencengkram bahu pacarku. Kurasakan liangku
agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena
selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat.
Kemudian, secara perlahan-lahan aku
menaikturunkan tubuhku di atas penisnya.
Kupacu kejantanannya dengan goyanganku. Aku
tiba-tiba menjadi gadis yang liar yang butuh
kenikmatan. Kugoyang-goyangkan vaginaku di
atas batangnya sambil sesekali membuat
gerakan memutar. Vaginaku seperti diaduk-
aduk. Aku sangat menikmati posisi ini, karena
aku bisa mengendalikan permainan. Desahan-
desahan nikmat menandai keluar masuknya
batang Alan. Alan juga merasakan hal yang
sama seperti yang aku rasakan. Matanya
menatap wajahku yang kemerahan karena
nikmat.
"Ahh.. Ahh.." desahku seiring dengan naik-
turunnya tubuhku.
Dadaku yang sudah menegang maksimun
terayun-ayun dengan indah di hadapannya. Alan
juga mulai membantu menyodok-nyodok
penisnya, sehingga kenikmatan yang kurasakan
semakin bertambah. Tubuhku terlonjak-lonjak
dan tertekuk menahan sensasi kenikmatan dunia.
Hal itu membuat payudaraku semakin
membusung ke arahnya. Kesempatan ini tidak
disia-siakannya, dia langsung melumat dadaku
yang kiri dengan mulutnya. Aku semakin
menjerit keras. Dengusan nafasnya dan
jilatannya membuatku merinding dan makin
terbakar birahi.
Alan semakin menyerangku dengan meremas-
remas dadaku yang kanan serta memilin-milin
putingnya. Alan sungguh pintar menyerang titik
sensitifku. Sepuluh menit lamanya kami berpacu
dalam gaya demikian. Saling berlomba-lomba
mencapai puncak. Sodokan-sodokannya
semakin lama semakin cepat dan makin
berirama. Mulutnya tak henti-henti mencupangi
payudaraku yang mencuat di depan wajahnya,
sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan
leherku. Sungguh kenikmatan yang sangat
indah. Tangannya yang tadi lembut
menggerayangi paha dan pantatku, sekarang
cenderung kasar. Aku sudah sangat kecapaian
dengan posisi tersebut sehinga goyanganku
semakin lama semakin tidak bertenaga. Malah
kini dia yang aktif menyodok-nyodok
kejantanannya.
Menyadari hal tersebut, Alan minta ganti posisi.
Ditariknya penisnya dari rongga kemaluanku.
Ada perasaan kesal, tapi itu tidak berlangsung
lama. Tubuhku dibalikkan telungkup di atas sofa.
Lalu kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh
lantai, hingga otomatis kini pantatku pun
menungging ke arahnya. Dadaku yang dari tadi
menjadi bulan-bulanannya menekan sofa karena
aku telungkup. Alan sibuk memegang erat-erat
kedua pahaku.
"Siap-siap ya Say!" ujarnya.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala
menunggu kenikmatan selanjutnya dengan
posisi doggy style. Alan pernah bercerita bahwa
posisi ini sangat disukainya, karena dia yang
mengambil kendali dan bebas meremas-remas
semua bagian tubuhku, bahkan anusku.
Sebelum menusuk vaginaku, dia terlebih dahulu
mencium punggungku. Seluruh tubuhku
kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-
awang. Sendi-sendiku bergetar menunggu
penisnya menembus kemaluanku. Posisi ini
membuat kegatalan birahiku semakin tak
terhingga, hingga membuat aku menggeliat-
geliat tak tertahankan.
"Alan.. Buruan..!" rengekku sudah tidak tahan
lagi. Alan mematuhiku. Sambil meremas
pantatku dia mendorongkan penisnya ke
vaginaku.
"Ohh.. Ngghh..!" desisku saat penis yang keras
itu membelah bibir kemaluanku.
Penisnya dengan perlahan dan lembut
mengaduk-aduk vaginaku. Kontan aku menjerit-
jerit keras. Dalam posisi seperti ini sodokannya
terasa semakin keras dan dalam, badanku pun
ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa
tertekan dan bergesekan dengan sofa. Hal itu
justru menimbulkan kenikmatan tersendiri,
apalagi sofaku terbuat dari kulit sehingga gesekan
di dadaku terasa sedikit kasar namun nikmat.
"Ah.. Euh.. Ah.. Aw.." aku cuma bisa mendesah
setiap kali dia menyodokkan penisnya ke
vaginaku.
Alan menggenjotku semakin cepat. Vaginaku
dihunjam penisnya yang sekeras batu itu. Otot-
otot kemaluanku serasa berkontraksi semakin
cepat memijati miliknya. Dengusan nafasnya
bercampur dengan desahanku memenuhi ruang
tengahku. Mulutku megap-megap dan mataku
terpejam. Beberapa menit kemudian dia menarik
tubuh kami mundur selangkah sehingga
payudaraku yang tadinya menempel di sofa kini
menggantung bebas. Kemudian dilanjutkanya
kocokannya. Payudaraku terayun ayun ke depan
dan ke belakang. Terkadang dadaku menyentuh
sandaran bawah sofa sehingga menimbulkan
rasa sakit. Tapi rasa sakit tersebut tertutupi
kenikmatan yang menjalar ke seluruh aliran
darahku.
Sambil berpacu dalam gaya doggy ini,
tangannya kini tidak tinggal diam. Dia mulai
menggerayangi payudaraku yang semakin
ranum karena aku menungging. Ditariknya-
tariknya benda kenyal itu sesuka hatinya. Aku
merem-melek menikmati tangannya bergerilya
dari dadaku yang kanan ke dadaku yang kiri. Aku
menjerit kegelian saat dia mengocok vaginaku
dengan cepat dan keras, tapi dia meremas
dadaku dengan lembut sekali dan sesekali
memelintir-melintir putingnya.
Tubuhku kembali menggelinjang dahsyat,
pandanganku serasa berkunang-kunang.
Gesekan-gesekan di liang kewanitaanku serta
remasanremasan di dadaku membuat
pertahananku sebentar lagi akan jebol.
Pandanganku kabur dan kurasakan kesadaranku
hilang. Akhirnya aku pun tak bisa lagi menahan
orgasmeku. Mengetahui bahwa aku akan segera
keluar, dia semakin bergairah, tubuhku ditekan-
tekannya sehingga penisnya menusuk lebih
dalam, tangannya pun semakin kasar meremas
payudaraku.
"Aahhkk..!" jeritku bersamaan dengan
mengucurnya cairan cintaku.
Kugenggam erat karpet ruang tamu merasakan
detik-detik orgasmeku. Aku menggigit bibir
merasakan gelombang dahsyat itu melanda
tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang
mengalir hangat pada selangkanganku. Tapi itu
belum berakhir, karena Alan masih terus
mengocokku sehingga orgasmeku semakin
panjang. Alan juga nampaknya akan segera
orgasme. Hal itu tampak dari gayanya yang khas
jika akan orgasme.
"Aku mau keluar, aku mau keluar.." Alan
membisikkannya sambil ngos-ngosan dan
masih terus mengocokku.
"Jangan di.. Jangan di dalam. Ah.. Ah.. Oh..
Aku.. Aku lagi.. Subur."
Aku cuma bisa berbicara begitu, setidaknya aku
bermaksud berbicara begitu karena aku tidak
tahu apakah suaraku keluar atau tidak, pokoknya
aku sudah berusaha, itu juga sudah aku paksa-
paksakan. Aku tidak tahu apakah dia mengerti
apa yang aku bicarakan, tapi yang jelas dia
masih terus mengocokku.
Beberapa detik kemudian, dia mencabut
penisnya, kakiku langsung ambruk ke lantai. Alan
yang menyodokku dari belakang akhirnya
klimaks. Dia mengeluarkan penisnya dan
menyiramkan isinya di punggung dan pantatku.
Air maninya membasahi tubuhku bagian
belakang. Tidak terlalu banyak spermanya, tapi
sangat lengket kurasakan di tubuhku. Kemudian
dia ambruk menindihku. Kurasakan penisnya
yang menindih pantatku mulai mengecil.
"Terimakasih, Sayang" ucapnya sambil
mengecup leherku. Aku hanya terpejam
menikmati sisa-sisa kenikmatan barusan.
Akhirnya malam itu Alan menginap di rumahku.
Sudah bisa ditebak kami akan mereguk
kenikmatan sepanjang malam sampai besok
paginya karena libur.
Sesudah percintaan di ruang tamu tadi, Alan
menikmati tubuhku lagi di kamar mandi. Aku
yang sedang mandi dikejutkan akan
kehadirannya di depan pintu. Walau masih
lemas, aku terpaksa meladeninya. Aku hanya
diam di lantai kamar mandi sedangkan dia yang
aktif menyodokku. Malah yang seru adalah ketika
sehabis makan malam di luar. Kami kembali ke
rumah dan langsung ke kamarku. Aku yang
sudah bersiap-siap tidur diajaknya menonton BF
di komputerku.
Adegan-adegan mesum di layar monitor
membuat libidoku cepat naik. Aku mencoba
memancing gairah Alan, tapi dia menolak untuk
menyetubuhiku. Aku bingung dibuatnya, tidak
biasanya dia menolak seperti itu. Selama ini
justru aku yang sering menolak bersenggama
dengannya. Saat itu, katanya dia mau ML tetapi
ada syaratnya. Dia memintaku untuk menari-nari
seperti penari telanjang. Aku sih OK saja,
berhubung dia adalah pacarku dan nafsuku ingin
segera dituntaskan, maka aku menuruti
kemauannya.
Bak seorang stripteaser professional, aku take
action di hadapannya. Dia sangat bernafsu sekali
menikmati pemandangan langka tersebut. Baru
setelah itu dia mengocokku. Kali ini tanpa basi-
basi langsung ditusuknya penisnya ke liangku
yang sudah sangat basah itu. Kenikmatan yang
kuharapkan tercapai sudah. Aku benar-benar
puas saat itu. Belum pernah kami bercinta
sepanjang itu.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/30438
U-ON

inc Powered by Xtgem.com